Defenisi kepribadian
Kata kepribadian berasal dari kata personality yang berasal dari kata persona (bahasa latin) yang berarti kedok atau topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain- pemain panggung untuk menggambarkan perilaku, watak, atau kepribadian seseorang (Sujanto, dkk, 2008)Kepribadian merupakan bagian yang khas dari setiap individu. Hal ini yang membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Defenisi kepribadian menurut Allport adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Allport juga menyatakan bahwa kepribadian terletak di belakang perbuatan- perbuatan khusus dan di dalam individu.
Cattel (dalam Engler, 2009) mendefenisikan kepribadian sebagai suatu prediksi mengenai apa yang akan dilakukan oleh seseorang dalam berbagai situasi yang terjadi padanya.Dari beberapa defenisi kepribadian di atas, sefenisi kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini adalah defenisi kepribadian yang dikemukakan oleh defenisi kepribadian big five menurut Cattel.
Faktor- faktor Pembentuk Kepribadian
Menurut Alfin 2010 (dalam prasasti, 2011) perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu:
- Heredity (keturunan). Heredity mempengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai warisan biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Warisan biologis yang terpenting terletak pada perbedaan intelegensi dan kematangan biologis. Keadaan ini membawa pengaruh pada kepribadian seseorang.
- Natural envirenment (Warisan Lingkungan). Perbedaan iklim, tipografi dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan kebudayaanpun dipengaruhi oleh alam.
- Social heritage (Warisan Sosial/ Kebudayaan). Kebudayaan memberikan andil yang besar dalam memberikan warna kepribadian anggota masyarakatnya.
- Group experiences (Pengalaman Kelompok). Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Kelompok manusia sadar atau tidak telah mempengaruhi anggota- anggotanya, dan para anggotanya menyesuaikan diri terhadap kelompoknya. Setiap kelompok mewariskan pengalam khas yang tidak diberikan oleh kelompok lain kepada anggotanya, sehingga timbullah kepribadian khas anggota masyarakat tersebut.
- Unique Experience (Pengalaman Unik). Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Hal ini karena individu adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya. Mengenai pengalaman- pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita dapat membedakannya dalam dua golongan (setiawan, 2011):
- Etrraversion (E). Etrraversion sering disebut juga dengan Surgency. Individu dengan skor tinggi pada dimensi Etrraversion (E) cenderung penuh dengan kasih sayang, periang, banyak bicara, suka berkumpul, dan menyukai kesenangan. Dimensi Etrraversion dicirikan dengan kecendrungan yang positif sehingga memiliki antusiasme tinggi, mudah bergaul, energik, tertarik dengan banyak hal, mempunyai emosi positif, ambisius, workaholic, serta ramah tamah terhadap orang lain. Etrraversion juga memiliki motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama serta dominan dalam lingkungannya. Sedangkan individu dengan tingkat extraversion rendah lebih menyukai berdiam diri, tenang, pasif, dan kurang mampu mengungkapkan perasaannya.
- Agreebleness (A). Dimensi Agreebleness membedakan antara individu yang berhati lembut dengan yang tidak berhati lembut mengenai belas kasihan. Individu yang memilki skor tinggi pada dimensi ini memiliki kecenderungan untuk memiliki kepercayaan yang penuh, dermawan, suka mengalah, penerima, dan baik hati. Agreebleness juga disebut dengan social adaptability atau likability, yaitu mencirikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, dan menghindari konflik. Sedangkan pada individu dengan skor Agreebleness yang rendah, suka mencurigai, kikir, tidak ramah, mudah tersinggung, cenderung untuk lebih agresif dan mengkritik orang lain serta kurang kooperatif.
- Conscientiousness (C). Conscientiousness digambarkan dengan individu yang patuh, terkontrol, teratur, ambisius, berfokus pada pencapaian, dan disiplin diri. Dimensi Conscientiousness disebut juga dengan dependibility, impulse control, dan will to achieve. Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini adalah pekerja keras, cermat, tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, individu yang memiliki skor rendah pada dimensi ini cenderung tidak teratur, lalai, pemalas, dan tidak memiliki tujuan serta mudah menyerah ketika menemui kesulitan dalam tugas- tugasnya.
- Neuroticism (N). Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi neuroticism, memiliki kecenderungan untuk mengalami kecemasan, tempramental, mengasihani diri sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan terhadap gangguan stress. Individu dengan skor neuroticism yang rendah cenderung tenang, bertempramental datar, puas akan diri sendiri, dan tidak emosional.
- Openness (O). Dimensi openness membedakan antara individu yang memilih variasi dibandingkan dengan individu yang menutup diri serta individu yang mendapatkan kenyamanan dalam hubungan mereka dengan hal- hal dan orang- orang yang mereka kenal. Individu yang memilki skor tinggi pada dimensi ini cenderung terus- menerus mencari perbedaan dan pengalaman yang bervariasi. Openness mengacu pada bagaimana individu tersebut bersedia untuk melakukan penyesuaian terhadap suatu situasi dan ide yang baru. Individu tersebut memiliki ciri: mudah bertoleransi, memiliki kapasitas dalam menyerap informasi, fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Individu dengan skor openness yang rendah digambarkan sebagai pribadi yang berpikiran sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan.
Mudah khawatir,gugup, emosional, merasa tidak aman, tidak mampu mampu, mudah panik.
|
Neuroticsm
|
Tenang, rileks, tidak emosional, memiliki daya tahan terhadap stress, merasa aman, puas atas diri sendiri.
|
Suka bergaul, aktif, banyak bicara, orientasi pada orang lain, optimis, terbuka terhadap perasaannya, penuh kasih sayang.
|
Extraversion
|
Suka menyendiri, sederhana, tidak berlebihan dalam kesenangan, menjauhkan diri, orientasi pada tugas, pemalu, serius.
|
Memiliki rasa ingin tahu yang besar, minat yang luas, kreatif dan modern.
|
Openness
|
Sederhana, minat yang menetap, tidak artistik, tidak analitis, rendah hati, dan menjaga tradisi.
|
Bersifat lembut, baik hati, mudah percaya, penolong, pemaaf, penurut, jujur.
|
Agreebleness
|
Suka mengejek, tidak sopan, curiga, kasar, tidak kooperatif, pendendam, cepat marah, suka memerintah, dan manipulatif.
|
Orang yang suka mengatur, dapat diandalkan, pekerja keras, disiplin, rapi, ambisius, dan tekun.
|
Conscientiousness
|
Tidak memiliki tujuan, tidak bisa diandalkan, lalai, pemalas, tidak perhatian, ceroboh, memiliki kemauan yang lemah.
|
Kata kepribadian berasal dari kata personality yang berasal dari kata persona (bahasa latin) yang berarti kedok atau topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain- pemain panggung untuk menggambarkan perilaku, watak, atau kepribadian seseorang (Sujanto, dkk, 2008)
Kepribadian merupakan bagian yang khas dari setiap individu. Hal ini yang membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Defenisi kepribadian menurut Allport adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Allport juga menyatakan bahwa kepribadian terletak di belakang perbuatan- perbuatan khusus dan di dalam individu.
Cattel (dalam Engler, 2009) mendefenisikan kepribadian sebagai suatu prediksi mengenai apa yang akan dilakukan oleh seseorang dalam berbagai situasi yang terjadi padanya.
Dari beberapa defenisi kepribadian di atas, sefenisi kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini adalah defenisi kepribadian yang dikemukakan oleh defenisi kepribadian big five menurut Cattel.
Faktor- faktor Pembentuk Kepribadian
Menurut Alfin 2010 (dalam prasasti, 2011) perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu:
- Pengalaman umum. Yaitu pengalaman yang dialami oleh tiap- tiap individu dalam kebudayaan tertentu. Pengalam ini berhubungan erat dengan fungsi dan peran individu dalam masyarakat.
- Pengalaman khusus. Yaitu pengalaman khusus yang dialami individu sendiri. Pengalaman ini tidak bergantung pada status dan peran individu yang bersangkutan dalam masyarakat.
Pendekatan trait dalam Kepribadian
Ada beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli untuk memahami kepribadian. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah teori trait. Teori trait merupakan sebuah model untuk mengidentifikasi trait- trait dasar yang diperlukan untuk menggambarkan suati kepribadian. Fieldman mendefenisikan trait sebagai suatu dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian, hal tersebut yang membedakan individu dengan individu yang lain.
Allport (dalam Engler, 2009) mengatakan trait adalah strukut yang jujur dan dapat dipercaya dalam diri individu yang mempengaruhi tingkah laku, trait bukanlah label sederhana yang kita gunakan untuk menjelaskan atau mengklasifikasikan tingkah laku dan mendefenisikan trait sebagai kecendrungan menentukan atau predisposisi untuk merespon situasi yang terjadi dalam berbagai cara. Trait bersifat konsisten dan abadi .
Menurut Cattel, trait adalah suatu “struktur mental”, suatu kesimpulan yang dapat diamati, untuk menunjukkan keajegan dan ketetapan dalam tingkah laku itu. Menurut Feist & Feist (2009) kepribadian adalah sebuah pola dari sifat yang relatif menetap dan karakteristik unik, dimana memberikan konsistensi dan individualitas pada perilaku seseorang. Sedangkan sifat (trait) menunjukkan perbedaan individual dalam berperilaku, perilaku yang konsistensi sepanjang waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi. Tingkat trait kepribadian dasar berubah dari masa remaja akhir hingga dewasa. McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2009) yakin bahwa selama periode dari usia 18 sampai 30 tahun, orang sedang berada dalam proses mengadopsi konfigurasi trait yang stabil, konfigurasi yang tetap stabil setelah usia 30 tahun.
Kepribadian Big Five
Tokoh pelopor teori kepribadian ini adalah Allport dan Cattel. Kepribadian Big five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima dimensi kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima dimensi trait kepribadian tersebut adalah neuroticism, extraversion, agreebleness, openness idan iconscientiousness (Friedman & Schustack, 2008).
McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2009) mendefenisikan trait kepribadian sebagai dimensi dari perbedaan individual yang cenderung menunjukkan pola pikiran, perasaan, dan perbuatan yang konsisten.
Dari penjelasan di atas, maka defenisi kepribadian Big Five yang digunakan dalam penelitian ini adalah defenisi dari McCrae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2009), yaitu trait kepribadian sebagai dimensi dari perbedaan individual yang cenderung menunjukkan pola pikiran, perasaan, dan perbuatan yang konsisten.
Penelitian terbaru dan meta-analisis penelitian sebelumnya men nunjukkan bahwa perubahan terjadi di lima karakter pada berbagai titik dalam rentang kehidupan. Penelitian menunjukkan bukti untuk efek pendewasaan, rata- rata tingkat agreeblenesss dan conscientiousness biasanya meningkat dengan waktu, sedangkan extraversion, neuroticsm dan openess cenderung menurun. (Pervin dkk, 2005)
Dimensi Kepribadian Big Five
Dimensi- dimensi dari kepribadian Big Five adalah sebagai berikut (Costa & McCrae, dalam Feist & Feist, 2009):
Tabel
Dimensi Big Five dalam Pervin dkk (2005)
Pengukuran kepribadian Big Five
Menurut Pervin dkk (2005), terdapat dua instrumen untuk mengukur kepribadian Big Five, diantaranya adalah:
NEO-PI-R yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae (1992).
Interntional Personality Item Pool NEO (IPIP-NEO) yang dibuat oleh Lewis Goldberg pada tahun 1992. Skala ini dibuat berdasarkan teori Big Five yang digunakan oleh Costa dan McCrae dalam mambuat NEO-PI-R. Skala ini terdiri dari 50 transparent bipolar adjective dan 100 unipolar adjective markers.
Peneliti menggunakan International Personality Item Pool NEO (IPIP-NEO). Hal ini karena IPIP-NEO sudah banyak digunaka dan teruji pada penelitian- penelitian terdahulu, serta item- item dalam IPIP telah dibandingkan dengan berbagai inventori kepribadian yang sudah baku dan mempunyai reliablitas yang cukup baik.