Pengaruh Analisis Jabatan terhadap Penempatan Pegawai
07:31
Dalam era globalisasi,
perkembangan teknologi yang sangat pesat, perubahan demografi dan perubahan
sosio-kultural telah menyebabkan perubahan drastis dan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Tidak menutup kemungkinan bahwa gejolak
dan perubahan tersebut sangat berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan
manusia di seluruh dunia serta akan mempengaruhi kemampuan, eksistensi suatu
organisasi untuk berkompetisi.
Salah satu prasyarat
dasar untuk menciptakan keunggulan kompetitif adalah ketersediaan sumber daya
manusia yang andal dan kompeten sesuai dengan karakteristik organisasi, visi,
misi dan tujuan strategis perusahaan merupakan kemampuan utama (core competence)
untuk dapat membangun sikap dan perilaku perusahaan yang mampu menghadapi
perkembangan di masa depan. Persaingan perusahaan yang meningkat akan
memaksakan perusahaan untuk memperhatikan masalah sumber daya manusia di dalam
strategi pengembangan perusahaan.
Tercapainya tujuan
perusahaan akan sangat tergantung pada bagaimana pegawai dapat mengembangkan
kemampuannya baik di bidang manajerial, hubungan antar manusia, maupun teknis
operasional. Oleh karena itu, wajar apabila manajemen sumber daya manusia
mendapatkan perhatian yang serius dari pimpinan perusahaan. Hal ini terlihat
pada program-program dan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya manusia, mulai dari proses penarikan, penempatan, pemeliharaan,
pengembangan sampai dengan tujuan untuk meningkatkan keandalan sumber daya
manusia yang merupakan faktor penting dalam perusahaan.
Kualitas pegawai dapat
dilihat dari pendayagunaan SDM dalam perusahaan. Pendayagunaan tersebut antara
lain dapat dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan SDM, rekrutmen dan
seleksi, penempatan SDM, pengembangan SDM, perencanaan dan pengembangan karier,
pemberian kompensasi, kesejahteraan, keselamatan maupun kesehatan kerja.
Perencanaan dan pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut harus didukung pula oleh
analisis jabatan yang baik dan proses penilaian kerja yang obyektif.
Kesesuaian penempatan
pegawai dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang penting karena sangat
berpengaruh pada pencapaian tujuan yang di bangun oleh sebuah perusahaan
tersebut. Oleh karenanya dalam penempatan pegawai harus tepat dan sesuai
tuntutan pekerjaan dengan kualifikasi kemampuan dan profesionalismenya.
Seseorang akan bekerja dengan baik dan berhasil apabila mengetahui dengan jelas
posisinya dalam suatu perusahaan Kejelasan itu sangat penting artinya bagi
setiap pegawai karena memungkinkan mengetahui peranan dan sumbangan pekerjaan
terhadap pencapaian tujuan kerja secara keseluruhannya.
Dapat dikatakan bahwa
sebagai aset utama, pegawai merupakan penggerak perusahaan untuk mewujudkan fungsi
dan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa berhasilnya suatu tujuan perusahaan sangat tergantung pada the man
behind the gun.
Namun, fenomena yang
sering terjadi dewasa ini adalah kurang efektifnya pegawai dalam bekerja karena
tidak terlaksananya analisis jabatan pada bagian penempatan pegawai dengan baik
sehingga pegawai tidak mengetahui dengan pasti pekerjaan yang ia lakukan dalam
perusahaan tersebut bahkan ada pegawai yang bekerja untuk dalam beberapa bidang
pekerjaan sekaligus, sehingga sulit membuat analisis jabatan karena nama
jabatan seringkali tidak nyambung dengan pekerjaan sehari-hari atau malah
pegawai tersebut tidak ahli dalam bidang pekerjaan yang ia pegang sehingga apa
yang ia pekerjakan sehari – hari tidak sesuai dengan kemampuan yang ia miliki.
Contoh kasus:
John bekerja di sebuah
perusahaan swasta yang bergerak di bidang Tour and Travel. Perusahaan tersebut
mempekerjakan 60 (enam puluh) karyawan yang terbagi dalam 5 (lima) divisi. Dia
sudah bekerja di perusahaan tersebut selama 6 (enam) bulan. Sebelumnya, dia
bekerja di sebuah perusahaan penerbangan International yang sangat terkenal
dengan jabatan sebagai "Reservation & Ticketing Supervisor".
Tergiur oleh gaji yang tinggi, John tanpa pikir panjang langsung menerima
tawaran untuk bekerja di perusahaan tersebut dengan jabatan sebagai “Sales
Supervisor”. Apa yang dialaminya kemudian membuat dia berada dalam kegundahan
yang mendalam karena merasa pekerjaan yang dijalaninya tidak sesuai nama jabatan
dan apa yang dibicarakan pada waktu wawancara kerja.
Selain itu ia merasa
tidak menemukan kecocokan antara pekerjaan dengan kepribadiannya. Sampai
sekarang dia tidak mengetahui secara pasti apa ruang lingkup pekerjaan yang
harus dilaksanakannya, sehingga evaluasi kinerjanya menunjukkan hasil yang
tidak menggembirakan. Setiap kali ia mempertanyakan uraian jabatan kepada
atasannya, maka jawaban yang diterima adalah perusahaan tidak merasa perlu
untuk membuat uraian jabatan dan spesifikasi jabatan karena mengganggap bahwa
semua karyawan pasti tahu apa yang harus dikerjakan.
Kondisi ini terasa
sangat kontras dengan apa yang pernah dijalani oleh John di perusahaan
sebelumnya, dimana segala sesuatu sudah dijabarkan secara tertulis dan sangat
jelas ruang lingkup pekerjaannya. Karena merasa sangat sulit untuk menyesuaikan
diri dengan kondisi tersebut maka John dengan berat hati akhirnya mengundurkan
diri dari perusahaan setelah bekerja selama 7 (tujuh) bulan.
Pengertian Penempatan Pegawai
a) Menurut Siswanto (1989 : 88) penempatan
pegawai adalah suatu proses pemberian tugas dan pekerjaan kepada tenaga kerja yang
lulus dalam seleksi untuk dilakukan secara kontinuitas serta mampu
mempertanggungjawabkan segala resiko dan kemungkinan yang terjadi atas fungsi
dan pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab.
b) Menurut Bedjo Siswanto (1989: 88),
penempatan tenaga kerja atau dengan kata lain pegawai adalah suatu proses
pemberian tugas dan pekerjaan kepada pegawai yang lulus dalam seleksi untuk
dilaksanakan secara kontinuitas dengan wewenang dan tanggung jawab sebesar
porsi dan komposisi yang ditetapkan serta mampu mempertanggungjawaban segala
resiko dan kemungkinan yang terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang dan
tanggung jawab tersebut.
c) Menurut Burhannudin A. Tayibnapis (1995:
134), penempatan pegawai adalah suatu proses pendayagunaan pegawai dengan
menempatkan calon pegawai pada unit kerja yang telah direncanakan menerima
tambahan tenaga.
d) Menurut Schuller dan Jackson (1997:276)
mengartikan bahwa penempatan pegawai berkaitan dengan pencocokan seseorang
dengan jabatan yang akan dipegangnya berdasarkan pengetahuan, ketrampilan serta
kepribadian karyawan tersebut.
e) Menurut Faustino (2000:117)
mengungkapkan bahwa penempatan pegawai merupakan salah satu fungsi terpenting
dalam manajemen sumber daya manusia, tepat tidaknya seseorang ditempatkan pada
suatu posisi tertentu tergantung pada fungsi penempatan ini. Jika fungsi ini
dilaksanakan dengan baik maka dengan sendirinya akan berakibat fatal terhadap
pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
f) Menurut Marihot Tua Efendi Hariandja
(2002: 156), penempatan pegawai merupakan proses penugasan atau pengisian
jabatan atau penugasan kembali pegawai pada tugas atau jabatan baru atau
jabatan yang berbeda.
Dari pengertian diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa penempatan pegawai merupakan salah satu usaha
untuk menyalurkan kemampuan pegawai sebaik-baiknya dengan jalan menempatkan
pegawai pada posisi atau jabatan yang paling sesuai untuk memperoleh prestasi
kerja yang optimal.
Kriteria-Kriteria
yang harus dipenuhi dalam Penempatan Pegawai
Menurut Bernardin dan
Russel (1993: 111) kriteria yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan penempatan
pegawai antara lain:
a) Pengetahuan
Merupakan suatu
kesatuan informasi terorganisir yang biasanya terdiri dari sebuah fakta atau
prosedur yang diterapkan secara langsung terhadap kinerja. Sebuah fungsi
pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan formal, pendidikan
informal, membaca buku dan lain-lain. Pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan
diharapkan dapat membantu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
pekerjaannya, oleh karena itu karyawan dituntut untuk memiliki pengetahuan yang
sesuai dengan pekerjaannya.
b) Kemampuan
Kemampuan menunjukan
kesanggupan, kecakapan seseorang untuk melaksanakan tugas dan pekerjan yang
dibebankan kepadanya. Setiap pekerjaan menuntut pengetahuan, ketrampilan dan
sikap tertentu. Kemampuan sangat penting karena bertujuan untuk mengukur
prestasii kerja karyawan, maksudnya dapat mengukur sejauh mana pegawai bisa
sukses dalam melakukan tugas dan pekerjaannya. Hal ini berkaitan dengan
kenyataan bahwa setiap jenis pekerjaan menuntut pengetahuan, keterampilan dan
sikap tertentu agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik yang akan berpengaruh
terhadap peningkatan prestasi kerja pegawai tersebut.
c) Sikap
Kriteria selanjutnya
yang harus dipenuhi dalam penempatan pegawai adalah sikap. Sikap merupakan
pernyataan evaluatif yang baik dan menguntungkan, hal ini menyangkut mengenai
obyek, orang atau peristiwa dimana sikap dapat mencerminkan bagaimana seseorang
merasakan sesuatu (misalnya benar, salah, setuju, tidak setuju).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penempatan
Dalam pelaksanaan
penempatan pegawai Bedjo Siswanto (1989: 88) mengemukakan bahwa faktor yang
harus dipertimbangkan dalam penempatan pegawai adalah sebagai berikut:
a) Faktor prestasi akademis
Prestasi akademis yang
telah dicapai oleh pegawai selama mengikuti jenjang pendidikan, sebelumnya
harus mendapatkan pertimbangan dalam menempatkan di mana pegawai yang
bersangkutan harus melaksanakan tugas dan pekerjaan serta mengemban wewenang
dan tanggung jawab. Pegawai yang memiliki prestasi akademik yang tinggi harus
ditempatkan pada tugas dan pekerjaan yang diperkirakan dia mampu mengembannya.
b) Faktor pengalaman
Pengalaman bekerja pada
pekerjaan yang sejenis yang telah dialami sebelumnya, perlu mendapatkan
pertimbangan dalam rangka penempatan pegawai. Pengalaman bekerja banyak
memberikan kecenderungan bahwa yang bersangkutan memiliki keahlian dan
keterampilan kerja yang relatif tinggi. Pengalaman bekerja yang dimiliki oleh
seseorang, kadang-kadang lebih dihargai daripada tingkat pendidikan yang
menjulang tinggi.
c) Faktor kesehatan fisik dan mental
Faktor ini perlu
mendapatkan pertimbangan dalam menempatkan pegawai karena tanpa
dipertimbangkan, hal-hal yang dapat merugikan organisasi tidak menutup
kemungkinan akan terjadi. Walaupun kurang akurat tingkat kepercayaan terhadap
hasil tes kesehatan yang dilakukan, terutama tentang kondisi fisik, namun
sepintas lalu dapat dilihat kondisi fisik pegawai yang bersangkutan untuk
dipertimbangkan, pada tempat mana pegawai yang bersangkutan diberikan tugas dan
pekerjaan yang cocok baginya berdasarkan kondisi fisik yang dimiliki. Melihat
kesehatan mental, sebenarnya tak semudah menilai kesehatan fisik, karena untuk
menguji kesehatan mental diperlukan dokter khusus yang ahli tentang lingkup
tersebut.
d) Faktor status perkawinan
Faktor ini juga sebagai
bahan pertimbangan dalam menempatkan pegawai yang bersangkutan terutama wanita
yang telah berkeluarga. Pegawai wanita yang mempunyai suami perlu mendapatkan
pertimbangan apalagi jika sudah mempunyai anak.
e) Faktor usia
Dalam rangka
menempatkan pegawai, faktor usia pada diri pegawai yang lulus dalam seleksi,
perlu mendapatkan pertimbangan untuk menghindarkan rendahnya produktivitas yang
dihasilkan oleh pegawai yang bersangkutan.
Bentuk-bentuk Penempatan Pegawai
Menurut Marihot (2002:
156), penempatan pegawai dapat berupa penugasan pertama untuk pegawai yang baru
direkrut, tetapi dapat juga melalui promosi, pengalihan (transfer) dan
penurunan jabatan (demosi) atau bahkan pemutusan hubungan kerja. Sedangkan
menurut Sondang P. Siagian (2003: 108) teori manajemen sumber daya manusia yang
mutakhir menekankan bahwa penempatan tidak hanya berlaku bagi para pegawai baru
akan tetapi berlaku pula bagi para pegawai lama yang mengalami alih tugas dan
mutasi. Berarti konsep penempatan mencakup promosi, transfer dan bahkan demosi
maupun pemutusan hubungan kerja. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa
bentuk-bentuk penempatan pegawai meliputi:
1. Penempatan Pegawai Baru (Calon
Pegawai)
Sebelum seorang pegawai
ditempatkan maka organisasi harus mensosialisasikan pegawainya pada pekerjaan
baru melalui kegiatan orientasi untuk meningkatkan dukungan yang lebih efektif.
Orientasi menurut Malayu SP Hasibuan (2003: 180), orientasi artinya
memberitahukan kepada pegawai baru tentang hak da kewajiban, tugas dan tanggung
jawabnya, peraturan, sejarah dan struktur organisasi serta memperkenalkannya
kepada pegawai lama. Orientasi ini bertujuan agar pegawai baru merasa dirinya
diterima dalam lingkungan pekerjaannya sehingga ia tidak canggung lagi untuk
mengerjakan tugas-tugasnya. Apabila program orientasi telah dilaksanakan, maka
hasil dari program orientasi ini akan dijadikan pertimbangan bagi seorang pegawai
baru untuk ditempatkan pada posisinya.
Prosedur Penempatan
Pegawai
Prosedur penempatan
pegawai merupakan suatu urutan kronologis untuk menempatkan tenaga kerja yang
tepat pada posisi yang tepat pula. Prodesur penempatan pegawai yang diambil
merupakan output pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer personalia,
baik yang telah diambil berdasarkan pertimbangan rasional maupun objektif
ilmiah.
Pertimbangan rasional
merupakan output pengambilan keputusan yang didasarkan atas fakta, keterangan
dan data yang dianggap representatif. Pertimbangan obyektif ilmiah merupakan
output pengambilan keputusan yang didasarkan atas data dan keterangan tentang
diri tenaga kerja, baik atas dasar referensi seseorang maupun atas dasar hasil
seleksi tenaga kerja yang pelaksanaannya tanpa mengesampingkan metode-metode
ilmiah.
Pengertian Analisis
Jabatan
Analisis
jabatan merupakan hal mendasar dalam proses pengembangan sumber daya manusia.
Tanpa adanya data yang akurat tentang profil dari masing-masing jabatan,
jenis-jenis kemampuan dan ketrampilan yang dibutuhkan, serta pengalaman dan
pendidikan yang dipersyaratkan untuk menduduki jabatan tersebut, maka proses
pengembangan sumber daya manusia akan menjadi sulit. Penempatan pegawai akan
timpang karena tidak diimbangi informasi yang memadai dan akurat, pengembangan
dan pelatihan mungkin tidak dapat mencapai tujuan, begitu juga halnya dengan
manajemen penilaian kinerja.
Secara
umum analisis jabatan merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
menentukan secara rinci tugas-tugas dan persyaratan dari suatu jabatan
tertentu. Stephen Robbin (1993) mendefinisikan analisis jabatan sebagai suatu
bentuk pengembangan uraian terperinci dari tugas-tugas (duties) yang harus
dilakukan dalam suatu jabatan, penentuan hubungan dari satu jabatan dengan
jabatan lain yang ada, dan penentuan tentang pengetahuan, ketrampilan, dan
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan karyawan untuk melakukan pekerjaan
secara efisien dan efektif.
Menurut
Milkovich & Newman (1999) analisis jabatan adalah proses pengumpulan
informasi secara sistematik terhadap berbagai informasi terpercaya dan relevan,
berhubungan dengan pekerjaan, dan asal-usul dari suatu jabatan tertentu.
Menurut Flippo
(Burhannudin, 1995: 55), analisis jabatan (job analysis) adalah proses
mempelajari dan mencari informasi tentang kegiatan dan tanggung jawab sesuatu
jabatan tertentu.
Menurut Musanef (1996:
113), analisis jabatan adalah suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang
jabatan melalui proses penelitian atau pengkajian yang dilakukan secara
analitik terhadap jabatan yang diperlukan dalam suatu unit organisasi.
Menurut Marihot (2002:
48), analisis jabatan adalah usaha untuk mencari tahu tentang jabatan atau
pekerjaan yang berkaitan dengan tugas-tugas yang dilakukan dalam jabatan
tersebut. Data yang dikumpulkan secara lebih rinci meliputi tugas (duties),
tanggung jawab (responsibility), kemampuan manusia (human ability) dan standar
unjuk kerja (performance standard).
Menurut D. S Widodo
(dalam Moekijat, 1985) analisis jabatan adalah penelaahan secara teratur,
sistematis dan mendalam tentang suatu pekerjaan untuk memperoleh manfaatnya
dalam memenuhi suatu tujuan.
Sedangkan menurut Drs.
Manullang (dalam Moekijat, 1985) analisis jabatan merupakan suatu proses untuk
membuat uraian pekerjaan sedemikian rupa sehingga dari uraian tersebut dapat
diperoleh keterangan-keterangan yang perlu untuk dapat menilai jabatan itu
untuk suatu keperluan.
Dari beberapa definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa analisis jabatan merupakan suatu proses
pengumpulan dan pencatatan informasi terpercaya dan sahih dengan suatu prosedur
tertentu terhadap suatu jabatan tertentu dan persyaratan-persyaratan yang harus
dimiliki oleh si pemegang jabatan. Termasuk disini adalah:
1. Semua tugas termasuk kegiatan dan
tanggungjawabnya
2. Pengetahuan, kemampuan, ketrampilan
dan karakter-karakter lain yang dibutuhkan oleh si pemegang jabatan agar dapat
bekerja dengan efektif
3. Alasan terhadap adanya suatu jabatan
tertentu dan apa yang membuatnya berbeda dari jabatan yang lain
4. Standard kerja atau target yang dapat
dijadikan dasar untuk mengukur kinerja.
Satu konsep yang
penting dalam analisis jabatan adalah bahwa analisis dilakukan terhadap jabatan
(the job), bukan terhadap orang (person). Meskipun data diperoleh
dari si pemegang jabatan (incumbent) melalui pengamatan, wawancara atau pun
kuestioner/angket, produk yang menjadi hasil analisis jabatan adalah berupa
uraian jabatan (job description) atau spesifikasi jabatan (specifications
of the job), bukan suatu uraian tentang orang (description of the person).
Tujuan Analisis
Jabatan
Informasi (keterangan)
jabatan yang dihasilkan oleh analisis jabatan dapat dopergunakan sebagai
berikut:
1. Untuk
mendapatkan pegawai yang tepat yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi.
2. Untuk
menyusun program latihan
3. Untuk
mengadakan penilaian jabatan
4. Untuk
mengadakan penilaian hasil jabatan
5. Sebagai
dasar untuk mendaan kenaikan pangkat dan pemindahan
6. Sebagai
dasar untuk pemberian kompensasi
7. Untuk
menghindari adanya salah paham antar pegawai
8. Untuk
memperbaiki kendali kerja
9. Untuk
menentukan standar-standar produksi
10. Unutuk
mempermudah perencanaan organisasi
Macam – Macam Metode Analisis Jabatan
Metode menurut Bedjo
Siswanto (1989: 40) adalah suatu cara untuk melaksanakan sesuatu aktivitas
tertentu dengan memberikan pertimbangan yang rasional kepada tujuan (goal),
fasilitas, sarana yang tersedia, jumlah alokasi waktu, dana dan aktivitas.
Agar tercapai suatu
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan analisis jabatan yang dilakukan dapat
terjamin dengan kondisi yang menguntungkan maka perlu diambil cara tertentu
untuk melakukannya dengan penuh pertimbangan terhadap tujuan, aktivitas dan
sarana yang tersedia dan jumlah alokasi waktu, dana dan aktivitas. Metode yang
biasanya dilakukan dalam analisis jabatan antara lain:
a. Metode Kuesioner
Kuesioner yang
merupakan alat pengumpulan data secara tertulis ini dibagikan kepada pegawai
operasional atau para kepala departemen tertentu, yang kemudian mengisi keterangan
dan fakta yang diharapkan. Metode ini biasanya digunakan dalam kondisi sebagai
berikut:
1. Secara geografis pekerjaan
terpencar-pencar seperti dalam kantor perwakilan atau kantor departemen .
2. Apabila partisipasi pegawai
diharapkan dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan organisasi.
3. Apabila efisiensi waktu merupakan
faktor yang diutamakan dalam organisasi.
Pada umumnya kuesioner tersebut memuat
pertanyaan sebagai berikut:
1. Pekerjaan yang dilakukan
2. Tanggung jawab yang dibebankan kepadanya
3. Kecakapan, keahlian atau latihan yang
diperlukan
4. Kondisi dan situasi dimana pekerjaan
itu dilakukan
5. Figur atau jenis yang diperlukan
untuk pekerjaan tersebut.
Kuesioner tersebut hendaknya memenuhi
syarat sebagai berikut:
1. Kuesioner yang diajukan sesuai dengan
tujuan analisis jabatan
2. Kuesioner disusun secara sistematis
dan teratur
3. Kuesioner singkat dan tidak
berbelit-belit tetapi cukup memberikan kejelasan sesuai yang diharapkan
4. Jawaban tidak perlu panjang lebar,
cukup singkat tetapi jelas
5. Tempat untuk mengisi kuesioner cukup
jelas
6. Sebaiknya kuesioner yang disampaikan
berupa angket terbuka sehingga jawaban atas pertanyaan telah ada tinggal
memilih mana jawaban yang paling tepat dan sesuai.
b. Metode Interview
Melakukan dialog secara
langsung dengan pegawai mengenai jenis tugas, rincian tugas, tanggung jawab,
karakteristik petugas yang dibutuhkan untuk melakukannya, kondisi kerja, ciri
kesehatan dan keselamatan kerja. Metode ini lebih kompleks dan dapat memakan
waktu yang lebih lama sebab harus mewawancarai beberapa petugas secara
terpisah.
c. Metode Pencatatan Rutin
Dengan metode ini
pegawai diperintahkan mencatat hal yang dikerjakan tiap hari secara rutin,
alokasi waktu yang dibutuhkan saat dimulai dan saat akhir tiap-tiap tugas
tersebut dilakukan. Namun metode ini membutuhkan alokasi waktu yang cukup lama
dan memerlukan pengerjaan yang cermat dan rutin.
d. Metode Observasi
Melakukan pengamatan
langsung ke lapangan untuk melihat kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.
Metode ini pada umumnya dilakukan oleh job analyst yang sebelumnya memperoleh
latihan dan upgrading secara khusus. Metode observasi biasanya tidak dilakukan
bersamaan dengan metode interview. Ini efektif untuk jenis tugas yang perilaku
kerjanya dapat diamati. Observasi juga bisa dilakukan terhadap peralatan yang
dipakai, kondisi kerja, standar kerja.
Langkah-langkah Pelaksanaan Analisis
Jabatan
Langkah-langkah
pelaksanaan analisis jabatan menurut Musanef (1996: 121) pada dasarnya
mencakup:
- Persiapan data lapangan berupa inventarisasi unit kerja dan jabatan yang akan jadi sasaran analisis jabatan.
- Pengorganisasian dan pembagian tugas para petugas lapangan/analis jabatan.
- Penyebaran daftar isian (formulir) analisis jabatan.
- Pengisian formulir oleh pemegang jabatan (responden).
- Menelaah data dari isian formulir uraian jabatan serta melakukan wawancara dengan pemegang jabatan.
- Melaksanakan pengkajian lapangan untuk mendapatkan informasi jabatan lebih lanjut yang lengkap dan teliti berlandaskan tujuan yang hendak dicapai dengan cara observasi, konsultasi dan diskusi dengan sesama analis.
- Penyusunan dan pengolahan data lapangan untuk mendapatkan draft awal uraian jabatan.
- Analis melakukan konsultasi dengan para penyelia/pengarah dari masing-masing unit kerja untuk mendapatkan draft kedua uraian jabatan.
- Analis menyusun draft akhir hasil analisis jabatan.
- Reproduksi hasil dan laporan analisis jabatan.
- Menetapkan orang-orang atau pemangku jabatan tertentu di dalam suatu unit kerja yang akan diberi kuesioner dan dijadikan sumber informasi.
- Kepada para pemangku jabatan tersebut diberikan formulir uraian jabatan serta penjelasan mengenai berbagai pertanyaan yang dilakukannya selama ini.
- Dalam waktu yang telah ditentukan formulir uraian jabatan yang telah diisi oleh responden dikumpulkan, ditelaah dan dilakukan wawancara dengan pejabat yang bersangkutan.
- Berdasarkan informasi / keterangan dari pejabat dimaksud, analis menggali dan mengumpulkan data serta menyaring, memilih keterangan yang sesuai untuk bahan pengolahan data.
- Konsultasi dengan Pemimpin Tim Pengarah dari unit yang bersangkutan tentang hasil analisis jabatan yang disusun.
- Pengetikan hasil analisis jabatan.
- Pengolahan dan penyusunan konsep pertama dilaksanakan oleh para analis setelah menerima informasi atau data dari pejabat yang dianalisis.
- Hasil penyusunan konsep oleh para analis tingkat pertama dikonsultasikan dengan para penyelia/pengarah dari masing-masing unit kerja.
- Berdasarkan hasil konsultasi dengan para penyelia/pengarah para analis menyiapkan konsep kedua sebagai penyempurnaan, yang selanjutnya diserahkan kepada sekretariat.
- Analisis jabatan harus memberikan semua fakta yang penting yang ada hubungannya dengan jabatan-jabatan. Fakta-fakta mana yang penting tergantung pada tujuan-tujuan untuk apa hasil-hasilnya akan dipergunakan.
- Analisis harus sering ditinjau kembali dan apabila perlu diperbaiki. Dalam organisasi-organisasi yang besar, jabatan-jabatan itu tidak statis, sering mengalami perubahan sehingga analisis jabatan merupakan suatu program yang terus-menerus.
- Analisis jabatan harus dapat menunjukkan unsur-unsur jabatan mana yang paling penting diantara beberapa unsur jabatan dalam tiap jabatan.
- Analisis jabatan harus dapat memberikan informasi yang teliti dan dapat dipercaya.
- Kehandalan: terjadinya ketaat-asasan antara hasil yang diperoleh dan teknik yang digunakan, termasuk derajat kelengkapan data dan informasi yang terkumpul.
- Keabsahan (validitas): data dan informasi yang terkumpul komphrehensif, akurat dan tidak bias. Baik pengamat / pewawancara maupun responden tidak memiliki bias yang sangat berarti. Deviasi atau distorsi informasi mendekati nol.
- Kemamputerimaan: seberapa jauh data dan informasi yang digunakan untuk memperoleh hasil analisis jabatan dapat diterapkan oleh organisasi dan memuaskan pemegang pekerjaan dan jabatan.
- Efektivitas: alat pengumpulan data dan informasi telah memberi efek positif dalam menganalisis jabatan dan kinerja pemegang pekerjaan dan jabatan. Jenis efektivitas lainnya berupa perbaikan sistem rekruitmen, seleksi calon pegawai, penentuan sistem upah dan gaji. Intinya semua data dan nformasi dapat digunakan untuk menyusun fungsi-fungsi operasional SDM.
Cara dalam Proses Pengumpulan data dan
Proses Pengolahan data
1. Proses pengumpulan data
2. Proses pengolahan data dan penyusunan
hasil.
Dengan memperhatikan
langkah-langkah dalam melakukan analisis jabatan maka penganalisis akan
memperoleh hasil yang baik.
Prinsip-prinsip Analisis Jabatan
Menurut Moekijat (1987:
49), dalam menganalisis jabatan ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
antara lain:
Dengan memperhatikan
prinsip-prinsip analisis jabatan diharapkan hasil yang diperoleh benar-benar
berkualitas dan dapat dipergunakan oleh organisasi dalam melakukan analisis
penyusunan perencanaan organisasi dan pegawai.
Kriteria Keberhasilan Teknik Analisis
Jabatan
Menurut Sjafri
Mangkuprawira (2002: 53) kriteria keberhasilan penggunaan teknik analisis
jabatan meliputi beberapa hal berikut:
Pengaruh Analisis Jabatan terhadap Penempatan
Pegawai
Tujuan dari penempatan
adalah mencocokkan antara karakteristik individu (pengetahuan, ketrampilan,
pengalaman, dan lain-lain) dengan persyaratan jabatan yang harus dimiliki
individu tersebut dalam memegang suatu jabatan. Kegagalan dalam mencocokkan
kedua hal tersebut dapat menyebabkan kinerja karyawan tidak optimal dan
kepuasan kerja sangat rendah, sehingga tidak jarang hal ini membuat individu
dan organisasi menjadi frustrasi. Dalam usaha mencari individu yang tepat dan
sesuai untuk jabatan tertentu maka pihak manajemen harus melakukan pengukuran (assessment)
terhadap tuntutan-tuntutan (demands) dan persyaratan-persyaratan (requirements)
dari jabatan tersebut.
Untuk mendukung
kesesuaian penempatan pegawai perlu dilakukan analisis jabatan dalam sebuah
perusahaan. Hasil analisis jabatan akan menghasilkan uraian pekerjaan atau
jabatan dan persyaratan pekerjaan atau jabatan yang dapat digunakan dalam
penempatan pegawai. Analisis jabatan sangat berperan sekali dalam penempatan
pegawai. Dengan adanya analisis jabatan akan menghasilkan pegawai yang mampu
bekerja efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan sehingga sesuai
dengan kebutuhan perusahaan baik kualitas maupun kuantitas.
Untuk mendapatkan
pegawai yang produktif yang menjadi persoalan utama adalah menempatkan setiap
pegawai pada pekerjaan dan jabatan yang sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuan agar dapat bekerja secara wajar sesuai kemampuan, keahlian dan atau
ketrampilan serta latar belakang pengalaman. (Musanef, 1996: 105)
Selain itu pula dalam
upaya mendapatkan pegawai yang profesional dan bertanggungjawab, bersih dan
berwibawa, disiplin dan etos kerja yang produktif serta menjunjung tinggi
kejujuran, kebenaran dan keadilan, perlu adanya sistem pemanfaatan dan
penempatan setiap pegawai pada pekerjaan atau jabatan sesuai dengan bakat,
minat dan kemampuan keahlian dan atau ketrampilan serta latar belakang
pengalaman, guna mencapai hasil yang sebaik-baiknya. (Musanef, 1996: 116).
Penempatan pegawai
harus berpegang kepada prinsip “The right man on the right place and the
right man on the right job” yang artinya penempatan orang-orang yang tepat
pada tempat dan untuk jabatan yang tepat. Dengan melakukan penempatan pegawai
yang sesuai dengan prinsip tersebut di atas diharapkan akan meningkatkan
kinerja pegawai sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Dengan analisis jabatan
ini akan diperoleh informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan suatu
jabatan. Informasi ini dapat dijadikan dasar yang kuat bagi pengambil
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan sumber daya manusia. Dimana analisis
jabatan ini akan dijadikan dasar dalam penempatan pegawai.
Analisis jabatan
merupakan hal mendasar dalam proses pengembangan sumber daya manusia. Tanpa adanya
data yang akurat tentang profil dari masing-masing jabatan, jenis-jenis
kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan, serta pengalaman dan pendidikan
yang dipersyaratkan untuk menduduki jabatan tersebut,maka proses pengembangan
sumber daya manusia akan menjadi sulit. Penempatan pegawai akan timpang karena
tidak diimbangi informasi yang memadai dan akurat, pengembangan dan pelatihan
mungkin tidak dapat mencapai tujuan, begitu juga halnya dengan manajemen
penilaian kinerja.
Jika analisis jabatan tidak di lakukan dalam sebuah
perusahaan maka penempatan pegawai pun menjadi tidak cocok dengan jabatan yang
ia pegang. Sehingga individu yang direkrut tidak cocok dengan jabatan yang
dipegangnya sehingga membuat kinerjanya rendah dan tidak dapat menyesuaikan
diri dengan tuntutan pekerjaan karena karena tidak didukung oleh informasi
akurat tentang jabatan tersebut.
Oleh karena itu, analisis jabatan sangat penting di
lakukan guna memperoleh pegawai yang sesuai dan tepat dengan jabatan yang harus
di isi dalam sebuah perusahaan sehingga pegawai tersebut mampu melaksanakan
tugas dan kewajiban kerjanya dengan baik dan memuaskan yang akhirnya akan
berdampak pada kinerja pegawai tersebut yang mengalami peningkatan dan tujuan
perusahaan pun bisa tercapai dengan memuaskan. Namun, jika suatu jabatan
diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka perusahaan tersebut tinggal menunggu
kehancuran.
Selain itu, ada banyak hal yang harus di perhatikan oleh
si penganalisis ini dalam penempatan pegawai apalagi harus menemukan orang
cocok untuk menempati suatu bidang jabatan di sebuah perusahaan seperti faktor
akademis, sikap, kemampuan, pengalaman, dan kesehatan fisik dan mental karena
faktor – faktor tersebut juga akan mempengaruhi si pemegang jabatan ini dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya di perusahaan yang ia tempati. Jika faktor
– faktor tersebut terpenuhi dengan baik maka si pemegang jabatan akan terlihat
profesional dan berkualitas dalam menjalani tugasnya di jabatan tersebut namun
jika ada faktor – faktor tidak terpenuhi semuanya maka si pemegang jabatan ini
akan terlihat enggan atau malas dalam menjalani tugasnya di jabatan tersebut
dan di sinilah peran analisis jabatan berfungsi untuk memilah – milah orang
yang cocok dengan jabatan tersebut sehingga perusahaan tidak perlu mengalami
kehancuran akibat orang – orang tidak berqualified di bidagnya.
Daftar Pustaka
Majalah Human Capital No. 16 | Juli 2005
http://makassaryes.blogspot.com/2009/11/analisis-jabatan-dalam-proses-rekrutmen.html
http://makassaryes.blogspot.com/2009/11/analisis-jabatan-dalam-proses-rekrutmen.html
http://ruangpsikologi.wordpress.com/2010/03/19/analisis-jabatan-dalam-proses-rekrutmen-dan-seleksi%C2%A0-%C2%A0/
1 comments
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteHallo.. a warm greetings from me ^O^
Kindly write your thoughts in the comment box. I’ll read every comments I get from you.
Do not forget to click button ‘Notify Me’ to get notification when I replied your comments.
Let’s spread love and positivity ♡♡♡
Regard, Ika :)