Peranan Analisis Jabatan dalam Evaluasi Kinerja
02:16
Evaluasi Kinerja
Pengertian
Kinerja (performance) pada dasarnya
adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja karyawan
yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut:
- Kuantitas dari hasil
- Kualitas dari hasil
- Ketepatan waktu dari hasil
- Kehadiran
- Kemampuan bekerjasama
Penilaian kinerja (performance appraisal)
adalah proses mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka
jika dibandingkan dengan separangkat standar, dan kemudian mengkomunikasikan
informasi tersebut kepada karyawan. Penilaian kerja juga disebut pemeringkatan
karyawan, evaluasi karyawan, evaluasi kinerja, tinjauan kinerja, dan penilaian
hasil.
Penilaian kinerja digunakan secaraluas untuk
mengelola upah dan gaji, memberikan umpan balik kinerja, dan mengidentifikasi
kekuatan serta kelemahan karyawan individual. Saat ini, penggunaan penilaian
kerja telah meluas. Meskipun begitu, tidak setiap orang mendukung penilaian
kinerja dengan antusias. Kritik mencakup cara untuk melakukan dan hasil dari
penilaian kinerja tersebut.
Kritik tersebut meliputi:
·
Dengan
penekanan pada kerja tim di masa sekarang, penilaian terlalu berfokus pada
individu dan melakukan terlalu sedikit usaha untuk mengembangkan para karyawan
agar bekerja dengan lebih baik.
·
Sebagian
besar penilaian adalah tidak konsisten, berorientasi jangka pendek, subjektif,
dan berguna hanya untuk mengidentifikasi karyawan yang berkinerja sangat baik
atau sangat buruk.
Penilaian kinerja dapat menjawab pertanyaan
mengenai apakah pemberi kerja telah bertindak adil atau bagaimana pemberi kerja
mengetahui bahwa kinerja karyawan tersebut tidak memenuhi standar. Jika pemberi
kerja secara teknis mungkin tidak membutuhkan alasan untuk memecat seorang
karyawan, tapi secara praktis, penilaian dapat memberikan pembenaran untuk
tindakan sejenis jika dibutuhkan.
Penilaian kerja biasanya digunakan oleh
organisasi, dalam dua peran:
1.
Untuk
mengukur kinerja dalam memberikan kompensasi atau keputusan administrartif
lainnya mengenai karyawan. Promosi dan pemecatan juga dapat tergantung pada peran ini.
2.
Berfokus
pada pengembangan individu. Peran ke-2 ini menekankan dalam mengidentifikasi
potensi dan merencanakan kesempatan pertumbuhan dan arah karyawan
Fungsi Evaluasi Kinerja
Fungsi evaluasi kinerja antara lain sebagai
berikut:
1.
Memberikan
feedback kepada pegawai ternilai mengenai kinerjanya.
2.
Alat
promosi dan demosi.
3.
Alat
memotivasi ternilai.
4.
Sebagai
alat pemutusan hubungan kerja dan merampingkan organisasi.
5.
Menyediakan
alasan hukum untuk pengambilan keputusan personalia.
6.
Penentuan
dan pengukuran tujuan kinerja.
7.
Mendukung
perencanaan sumber daya manusia.
8.
Menentukan
kebutuhan pengembangan sumber daya manusia.
9.
Pemberdayaan
pegawai.
10.
Penelitian.
Penggunaan Administratif
Penilaian kinerja juga sering kali menjadi
penghubung antara penghargaan yang diinginkan karyawan dan produktivitas
mereka. Hubungan tersebut diperkirakan sebagai berikut:
Kompensasi berbasis kinerja menegaskan bahwa
kenaikan gaji seharusnya diberikan untuk pencapaian kinerja dari pada untuk
senioritas. Dalam system ini, manajer menjadi pengevaluasi dari kinerja bawahan
dan juga yang membuat rekomendasi kompensasi untuk karyawan. Jika ada bagian
dari proses penilaian yang gagal, karyawan yang memiliki kinerja baik tidak
menerima kenaikan gaji yang lebih besar, dan akan menyebabkan adanya
ketidakadilan dalam kompensasi yang dirasakan karyawan.
Penilaian Informal vs. Sistematis
Penilaian kinerja dapat terjadi dalam dua cara: secara informal dan
sistematis.
Penilaian informal adalah penilaian yang dilakukan oleh
supervisor saat kapanpun jika diperlukan. hubungan sehari- hari antara manajer
dan karyawan membuka peluang pada kinerja karyawan untuk dievaluasi. Penilaian informal ini dapat dikomunikasikan
oleh manager melalui percakapan mengenai pekerjaan saat minum kopi atau ketika
di toilet.
Penilaian sistematis digunakan ketika hubungan ketika hubungan
antara manajer dan karyawan adalah formal, dan dimana ada system untuk
melaporkan kesan dan observasi manajerial pada kinerja karyawan. Survei
menunjukkan bahwa hampir 90% dari pemberi kerja mempunyai satu sistem atau
proses manajemen kinerja formal.
Penilaian informal dapat berguna, dan bahkan diperlukan, tapi tidak seharusnya
menggantikan posisi dari penilaian formal.
Siapa yang Melakukan Penilaian
Penilaian kerja dapat dilakukan oleh siapapun
yang mengetahui dengan baik kinerja dari karyawan secara individual.
Kemungkinannya adalah sebagai berikut:
·
Supervisor
yang menilai karyawan
·
Karyawan
mennilai atasan
·
Anggota
tim yang menilai sesamanya
·
Sumber
dari luar
·
Karyawan
menilai diri sendiri
Supervisor Menilai Bawahan
Hal ini berdasarkan asumsi bahwa supervisor
langsung adalah orang yang paling memenuhi syarat untuk mengevaluasi kinerja
karyawan secara realistis dan adil. Untuk hal ini, supervisor menyimpan catatan
kerja mengenai pencapaian karyawan mereka.
Karyawan menilai manajer
Contoh utama dari penilaian jenis ini terjadi
di perguruan tinggi dan universitas, di mana para mahasiswa mengevaluasi
kinerja para pengajarnya. Industri juga menggunakan penilaian karyawan untuk
tujuan pengembangan manajemen. Keuntungan dilakukannya penilaian jenis ini:
·
Dalam
hubungan manajer- karyawan yang bersifat kritis, penilaian karyawan dapat
sangat berguna dalam mengidentifikasi manajer yang kompeten
·
Membantu
manajer agar lebih responsive terhadap karyawan, meskipun keuntungan ini dapat
dengan cepat berubah jadi kerugian jika manajer lebih berfokus untuk “bersikap
baik” daripada menjalankan tugasnya.
·
Penilaian
karyawan member kontribusi pada perkembangn karir manajer
Metode Untuk Menilai Kinerja
1.
Metode
Penilaian Kategori
Seorang manajer menandai tingkat kinerja
karyawan pada formulir khusus yang dibagi ke dalam kategori kinerja. Metode
penilaian kategori yang paling umum adalah skala penilaian grafis dan checklist.
·
Skala
Penilaian Grafis
Memungkinkan
penilai untuk menandai kinerja karyawan pada rangkaian kesatuan. Karena
sederhana, metode ini paling sering digunakan.
·
Checklist
Penilaian
kinerja yang menggunakan daftar pernyataan atau kata- kata. Hasilnya kemudian
dijumlahkan. Umumnya, supervisor yang memberi nilai tidak mengetahui bobot dari
setiap pernyataan satu per-satu karena bobot tersebut ditabulasikan oleh
seorang staf SDM.
2.
Metode
Komparatif
·
Penentuan
Peringkat (ranking)
Kinerja
semua karyawan diurutkan dari yang tertinggi sampai yang terendah. Kekurangan
utama dari metode ini adalah ukuran perbedaan diantara individu tidak
didefenisikan dengan jelas.
·
Distribusi
Paksa
Adalah
teknik untuk mendistribusikan penilaian yang dapat dihasilkan dengan metode
apapun. Dengan metode dostribusi paksa, penilaian dari kinerja karyawan
didistribusikan sepanjang kurva berbentuk lonceng.
3.
Metode
Naratif
·
Kejadian
penting
Pada
metode ini, manajer menyimpan catatan tertulis mengenai tindakan dalam kinerja
karyawan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan selama periode
penilaian.
·
Esai
Esai
atau metode penilaian “bentuk bebas” mengharuskan manajer untuk menuliskan esai
pendek yang menguraikan kinerja setiap karyawan selama periode penilaian.
·
Tinjauan
Lapangan
Lebih
berfokus pada siapa yang melakukan evaluasi dalam penggunaan metode ini.
industry dapat memasukkan departemen SDM sebagai peninjau, atau suatu peninjau
yang independen dari luar organisasi.
4.
Metode
Prilaku/ Tujuan
·
Pendekatan
penilaian prilaku (behavioral rating approaches)
Lebih
berusaha untuk menilai prilaku karyawan dibandingkan karakteristik yang
lainnya. Beberapa pendekatan prilaku:
ü Behaviorally anchored rating scale—BARDS
ü Behavioral observation scales—BOS
ü Behavioral expectation scales--BES
·
MBO
MBO
terdiri atas 4 tahap:
1.
Tinjauan
dan persetujuan pekerjaan: karyawan
dan atasannya meninjau deskripsi pekerjaan dan aktivitas pokok dalam pekerjaan
karyawan.
2.
Perkembangan
dari standar kinerja: standar
spesifik kinerja yang harus dikembangkan bersama.
3.
Penentuan
tujuan terpadu: tujuan
ditentukan oleh karyawan dengan bantuan atasan.
4.
Diskusi
kinerja berlanjut: karyawan dan
atasan menggunakan tujuan tersebut sebagai dasar untuk mengadakan diskusi
berkelanjutan mengenai kinerja karyawan.
Kesalahan Penilai
Terdapat banyak kemungkinan sumber- sumber
kesalahan dalam proses penilaian kinerja. Salah satu dari sumber utama adalah
kesalahan yang dibuat oleh penilai.
Ø Standar yang beragam
Seorang manajer harus menghindari penerapan standar
dan pengharapan yang berbeda untuk karyawan yang melakukan pekerjaan yang
serupa. Ini sering kali adalah hasil dari pengguanaan kriteria yang ambigu dan
pemberian bobot yang subjektif oleh para supervisor.
Ø Efek ke- terakhir-an/ ke-pertama-an
Efek ke- terakhir-an terjadi jika seorang
penilai memberikan bobot leboh pada kejadian- kejadian terakhir ketika menilai
kinerja seorang individu.
Efek ke- pertama-an adalah dimana informasi
yang diterima pertama mendapat bobot paling besar.
Ø Kesalahan Tendensi Sentral, Kelunakan,
dan Kekakuan
Para penilai yang menilai semua karyawan dalam jarak yang sempit (misalnya: semua
orang dinilai rata- rata) melakukan sebuah kesalahan tendensi sentral (central
tendency error), dimana bahkan orang- orang yang berkinerja buruk menerima
penilaian rata- rata.
Pola- pola penilaian juga dapat menunjukkan
kelunakan atau kekauan. Kesalahan kelunakan (leniency error) terjadi
ketika penilaian semua karyawan jatuh pada ujung tinggi skala. Kesalahan
kekauan (strictness error) terjadi ketika seorang manajer dalam menilai
karyawan menggunakan hanya bagian rendah dari skala.
Ø Bias Penilai (rater bias)
Terjadi ketika nilai atau prasangka seorang
penilai menimbulkan distorsi penilaian. Bias ini bisa dilakukan secara tidak
sadar atau disengaja. Contoh: ketidaksukaan manajer terhadap kelompok etnis
tertentu.
Ø Efek Halo
Terjadi ketika seorang manajer menilai tinggi
seorang karyawan pada semua criteria pekerjaan karena kinerja dalam satu area.
Ø Kesalahan Kontras
Adalah kecendrungan untuk menilai orang secara
relative terhadap orang lain dan bukannya terhadap standar kerja.
Ø Mirip Saya/ Berbeda dengan Saya
Kadang penilai terpengaruh oleh apakah orang-
orang menunjukkan karakteristik yang sama atau berbeda dengan penilai.
Ø Kesalahan Sampling
Jika penilai hanya melihat sebagian kecil
contoh dari pekerjaan seseorang, maka penilaiannya mungkin mempunyai kesalahan
penarikan contoh.
Analisis pekerjaan/ Jabatan
Pengertian
Stephen Robbin (1993) mendefinisikan analisis pekerjaan/
jabatan sebagai suatu bentuk pengembangan uraian terperinci dari tugas-tugas
(duties) yang harus dilakukan dalam suatu jabatan, penentuan hubungan dari satu
jabatan dengan jabatan lain yang ada, dan penentuan tentang pengetahuan,
ketrampilan, dan kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan karyawan untuk
melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif.
Menurut Milkovich & Newman (1999) analisis
jabatan adalah proses pengumpulan informasi secara sistematik terhadap berbagai
informasi terpercaya dan relevan, berhubungan dengan pekerjaan, dan asal-usul
dari suatu jabatan tertentu.
Menurut Musanef (1996: 113), analisis jabatan
adalah suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang jabatan melalui proses
penelitian atau pengkajian yang dilakukan secara analitik terhadap jabatan yang
diperlukan dalam suatu unit organisasi.
Menurut Marihot (2002: 48), analisis jabatan
adalah usaha untuk mencari tahu tentang jabatan atau pekerjaan yang berkaitan
dengan tugas-tugas yang dilakukan dalam jabatan tersebut. Data yang dikumpulkan
secara lebih rinci meliputi tugas (duties), tanggung jawab (responsibility),
kemampuan manusia (human ability) dan standar unjuk kerja (performance
standard).
Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa analisis jabatan merupakan suatu proses pengumpulan dan
pencatatan informasi terpercaya dan sahih dengan suatu prosedur tertentu
terhadap suatu jabatan tertentu dan persyaratan-persyaratan yang harus dimiliki
oleh si pemegang jabatan. Termasuk disini adalah:
1. Semua tugas termasuk kegiatan dan
tanggungjawabnya
2. Pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan
karakter-karakter lain yang dibutuhkan oleh si pemegang jabatan agar dapat
bekerja dengan efektif
3. Alasan terhadap adanya suatu jabatan
tertentu dan apa yang membuatnya berbeda dari jabatan yang lain
4. Standard kerja atau target yang dapat
dijadikan dasar untuk mengukur kinerja.
Macam – Macam Metode Analisis Jabatan
Metode menurut Bedjo Siswanto (1989: 40)
adalah suatu cara untuk melaksanakan sesuatu aktivitas tertentu dengan
memberikan pertimbangan yang rasional kepada tujuan (goal), fasilitas, sarana
yang tersedia, jumlah alokasi waktu, dana dan aktivitas.
Agar tercapai suatu efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan analisis jabatan yang dilakukan dapat terjamin dengan kondisi yang
menguntungkan maka perlu diambil cara tertentu untuk melakukannya dengan penuh
pertimbangan terhadap tujuan, aktivitas dan sarana yang tersedia dan jumlah
alokasi waktu, dana dan aktivitas. Metode yang biasanya dilakukan dalam
analisis jabatan antara lain:
a. Metode Kuesioner
Kuesioner yang merupakan alat pengumpulan data
secara tertulis ini dibagikan kepada pegawai operasional atau para kepala
departemen tertentu, yang kemudian mengisi keterangan dan fakta yang
diharapkan. Metode ini biasanya digunakan dalam kondisi sebagai berikut:
1. Secara geografis pekerjaan terpencar-pencar
seperti dalam kantor perwakilan atau kantor departemen .
2. Apabila partisipasi pegawai diharapkan
dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan organisasi.
3. Apabila efisiensi waktu merupakan faktor
yang diutamakan dalam organisasi.
Pada umumnya kuesioner tersebut memuat
pertanyaan sebagai berikut:
1. Pekerjaan yang dilakukan
2. Tanggung jawab yang dibebankan kepadanya
3. Kecakapan, keahlian atau latihan yang
diperlukan
4. Kondisi dan situasi dimana pekerjaan itu
dilakukan
5. Figur atau jenis yang diperlukan untuk
pekerjaan tersebut.
b. Metode Interview
Melakukan dialog secara langsung dengan
pegawai mengenai jenis tugas, rincian tugas, tanggung jawab, karakteristik
petugas yang dibutuhkan untuk melakukannya, kondisi kerja, ciri kesehatan dan
keselamatan kerja. Metode ini lebih kompleks dan dapat memakan waktu yang lebih
lama sebab harus mewawancarai beberapa petugas secara terpisah.
c. Metode Pencatatan Rutin
Dengan metode ini pegawai diperintahkan
mencatat hal yang dikerjakan tiap hari secara rutin, alokasi waktu yang
dibutuhkan saat dimulai dan saat akhir tiap-tiap tugas tersebut dilakukan.
Namun metode ini membutuhkan alokasi waktu yang cukup lama dan memerlukan
pengerjaan yang cermat dan rutin.
d. Metode Observasi
Melakukan pengamatan langsung ke lapangan
untuk melihat kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Metode ini pada umumnya
dilakukan oleh job analyst yang sebelumnya memperoleh latihan dan upgrading
secara khusus. Metode observasi biasanya tidak dilakukan bersamaan dengan
metode interview. Ini efektif untuk jenis tugas yang perilaku kerjanya dapat
diamati. Observasi juga bisa dilakukan terhadap peralatan yang dipakai, kondisi
kerja, standar kerja.
Langkah-langkah Pelaksanaan Analisis Jabatan
Langkah-langkah pelaksanaan analisis jabatan
menurut Musanef (1996: 121) pada dasarnya mencakup:
- Persiapan data lapangan berupa
inventarisasi unit kerja dan jabatan yang akan jadi sasaran analisis
jabatan.
- Pengorganisasian dan pembagian tugas para
petugas lapangan/analis jabatan.
- Penyebaran daftar isian (formulir)
analisis jabatan.
- Pengisian formulir oleh pemegang jabatan
(responden).
- Menelaah data dari isian formulir uraian
jabatan serta melakukan wawancara dengan pemegang jabatan.
- Melaksanakan pengkajian lapangan untuk
mendapatkan informasi jabatan lebih lanjut yang lengkap dan teliti
berlandaskan tujuan yang hendak dicapai dengan cara observasi, konsultasi
dan diskusi dengan sesama analis.
- Penyusunan dan pengolahan data lapangan
untuk mendapatkan draft awal uraian jabatan.
- Analis melakukan konsultasi dengan para
penyelia/pengarah dari masing-masing unit kerja untuk mendapatkan draft
kedua uraian jabatan.
- Analis menyusun draft akhir hasil
analisis jabatan.
- Reproduksi hasil dan laporan analisis
jabatan.
Cara dalam Proses Pengumpulan data dan Proses
Pengolahan data
1. Proses pengumpulan data
- Menetapkan orang-orang atau pemangku
jabatan tertentu di dalam suatu unit kerja yang akan diberi kuesioner dan
dijadikan sumber informasi.
- Kepada para pemangku jabatan tersebut
diberikan formulir uraian jabatan serta penjelasan mengenai berbagai
pertanyaan yang dilakukannya selama ini.
- Dalam waktu yang telah ditentukan
formulir uraian jabatan yang telah diisi oleh responden dikumpulkan,
ditelaah dan dilakukan wawancara dengan pejabat yang bersangkutan.
- Berdasarkan informasi / keterangan dari
pejabat dimaksud, analis menggali dan mengumpulkan data serta menyaring,
memilih keterangan yang sesuai untuk bahan pengolahan data.
- Konsultasi dengan Pemimpin Tim Pengarah
dari unit yang bersangkutan tentang hasil analisis jabatan yang disusun.
- Pengetikan hasil analisis jabatan.
2. Proses pengolahan data dan penyusunan
hasil.
- Pengolahan dan penyusunan konsep pertama
dilaksanakan oleh para analis setelah menerima informasi atau data dari
pejabat yang dianalisis.
- Hasil penyusunan konsep oleh para analis
tingkat pertama dikonsultasikan dengan para penyelia/pengarah dari
masing-masing unit kerja.
- Berdasarkan hasil konsultasi dengan para
penyelia/pengarah para analis menyiapkan konsep kedua sebagai
penyempurnaan, yang selanjutnya diserahkan kepada sekretariat.
Prinsip-prinsip Analisis Jabatan
Menurut Moekijat (1987: 49), dalam
menganalisis jabatan ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan antara lain:
- Analisis jabatan harus memberikan semua
fakta yang penting yang ada hubungannya dengan jabatan-jabatan.
Fakta-fakta mana yang penting tergantung pada tujuan-tujuan untuk apa
hasil-hasilnya akan dipergunakan.
- Analisis harus sering ditinjau kembali
dan apabila perlu diperbaiki. Dalam organisasi-organisasi yang besar,
jabatan-jabatan itu tidak statis, sering mengalami perubahan sehingga
analisis jabatan merupakan suatu program yang terus-menerus.
- Analisis jabatan harus dapat menunjukkan
unsur-unsur jabatan mana yang paling penting diantara beberapa unsur
jabatan dalam tiap jabatan.
- Analisis jabatan harus dapat memberikan
informasi yang teliti dan dapat dipercaya.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip analisis
jabatan diharapkan hasil yang diperoleh benar-benar berkualitas dan dapat
dipergunakan oleh organisasi dalam melakukan analisis penyusunan perencanaan
organisasi dan pegawai.
Kriteria Keberhasilan Teknik Analisis Jabatan
Menurut Sjafri Mangkuprawira (2002: 53)
kriteria keberhasilan penggunaan teknik analisis jabatan meliputi beberapa hal
berikut:
- Kehandalan: terjadinya ketaat-asasan
antara hasil yang diperoleh dan teknik yang digunakan, termasuk derajat
kelengkapan data dan informasi yang terkumpul.
- Keabsahan (validitas): data dan informasi
yang terkumpul komphrehensif, akurat dan tidak bias. Baik pengamat /
pewawancara maupun responden tidak memiliki bias yang sangat berarti.
Deviasi atau distorsi informasi mendekati nol.
- Kemamputerimaan: seberapa jauh data dan
informasi yang digunakan untuk memperoleh hasil analisis jabatan dapat
diterapkan oleh organisasi dan memuaskan pemegang pekerjaan dan jabatan.
- Efektivitas: alat pengumpulan data dan
informasi telah memberi efek positif dalam menganalisis jabatan dan
kinerja pemegang pekerjaan dan jabatan. Jenis efektivitas lainnya berupa
perbaikan sistem rekruitmen, seleksi calon pegawai, penentuan sistem upah
dan gaji. Intinya semua data dan nformasi dapat digunakan untuk menyusun
fungsi-fungsi operasional SDM.
Peranan Analisis Jabatan terhadap Evaluasi
Kinerja
Pengembangan sistem evaluasi kinerja perlu
dilakukan dengan hati- hati karena akan menetukan kinerja pegawai dan kinerja
organisasi. Lengkah pertama dalam mengembangkan evaluasi kinerja adalah
menyusun suatu tim
pengembangan evaluasi kinerja. Tim ini beranggotakan sebagai berikut.
a.
Professional
spesialis sumber daya manusia,
yaitu pakar atau konsultan manajemen SDM. Professional spesialis SDM adalah
pakar yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam menyususn
evaluasi kinerja.
b.
Manajer
SDM. Keikutsertaan manajer SDM dalam tim
merupakan keharusan karena dialah yang akan memimpin pelaksanaan evaluasi
kinerja dalam organisasi.
c.
Supervisor
atau first line manager.
Keikutsertaana suoervisor dalam tim karena supervisor merupakan orang yang
paling mengerti mengenai pekerjaan yang dilakukan para karyawan yang
dipimpinnya. Selain itu, supervisorlah yang akan melaksanakan evaluasi
kinerja.
d.
Wakil
dari karyawan. Disamping
supervisor, para karyawanlah yang mengetahui seluk-beluk pekerjaan yang mereka
lakukan.
Ketika direkrut oleh organisasi, seorang
karyawan mempunyai tugas tertentu. Ia harus melakukan pekerjaan tertentu,
memiliki tanggung jawab tertentu, dan melaksanakan aktivitas tertentu. Ia harus
melaksanakan hal- hal dengan hasil berupa kinerja yang dapat diterima oleh
organisasi.
Analisis pekerjaan adalah proses mengumpulkan
informasi mengenai pekerjaan. Jenis informasi yang dikumpulkan dalam analisis
pekerjaan adalah sebagai berikut:
a.
Kewajiban
dan tanggung jawab dalam suatu pekerjaan, adalah
tujuan pekerjaan, kewajiban apa saja yang dilakukan, bagaimana melakukannya,
dan tanggung jawab apa saja yang dimiliki oleh pelaksana pekerjaan.
b.
Karakteristik
yang disyaratkan untuk melaksanakan pekerjaan, adalah kualifikasi yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
pelatihan, pendidikan, dan pengalaman yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan.
c.
Kondisi
kerja, adalah keadaan lingkungan kerja ketika
pekerjaan dilaksanakan dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan.
d.
Keluaran
kerja, adalah hasil kerja yang diharapkan
setelah pekerjaan dilaksanakan dengan baik.
Hasil analisis pekerjaan berupa informasi
mengenai pekerjaan. Informasi- informasi analisis pekerjaan tersebut digunakan
untuk:
1.
Menyusun
analisis pekerjaan. Analisis pekerjaan berisi daftar fungsi- fungsi
pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab pelaksana pekerjaan. Daftar ini
mendefenisikan apa yang diharapkan organisasi dari seorang pegawai.
2.
Menyusun
system evaluasi kinerja. Dalam menyusun evaluasi kinerja, analisis pekerjaan
digunakan untuk menyusun tujuan dan rencana kinerja karyawan yang melaksanakan
pekerjaan. Pada awal tahun, karyawan bersama supervisornya menyusun tujuan
kinerja karyawan sepanjang tahun dan rencana kerja untuk mencapai tujuan
kinerja tersebut. Bagi supervisor, rencana tersebut dirumuskan menjadi rencana
manajemen kinerja karyawan.
3.
Menyusun
standar kinerja.
4.
Menyusun
dimensi dan indicator instrument evaluasi kinerja.
Menetukan Tujuan
Evaluasi Kinerja
Tujuan evaluasi
kinerja dapat berupa tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dipakai untuk
mengevaluasi kinerja karyawan secara rutin. Evaluasi kinerja juga dapat disusun
untuk mencapai tujuan khusus. Misalnya: evaluasi kinerja dapat disusun untuk
mengurangi jumlah karyawan. Jika karyawan melakukan restrukturisasi, merger,
atau diakuisisi oleh karyawan lain maka akan terjadi pengurangan karyawan.
Untuk mengurangi karyawan, system evaluasi kinerja khusus disusun untuk
menyeleksi karyawan yang akan di-PHK. Evaluasi kinerja yang dikhususkan untuk
keperluan ini, misalnya metode paired comparison atau ranking method.
Dengan metode ini, hanya pegawai yang kinerjanya buruk yang di-PHK.
Menentukan
Dimensi Kinerja
Dimensi kinerja
adalah unsur- unsur dalam pekerjaan yang menunjukkan kinerja. Untuk menentukan
kinerja, dimensi- dimensi kinerja dikembangkan menjadi indicator kinerja.
Indicator kinerja digunakan untuk mengembangkan instrument evaluasi kinerja
yang kemudian digunakan untuk mengukur kinerja seorang pegawai. Pengembangan
dimensi dan indicator kinerja dilaksanakan melalui job analysis.
Secara umum,
dimensi kinerja dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis:
1.
Hasil
kerja, adalah keluaran kerja dalam bentuk
barang dan jasa yang dapat diukur dan dihitung kualitas dan kuantitasnya.
2.
Perilaku
kerja, diperlukan karena merupakan
persyaratan dalam melaksanakan pekerjan. Dengan berprilaku kerja tertentu,
karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan menghasilkan kinerja yang
diharapkan oleh organisasi
3.
Sifat
pribadi yang ada hubungannya dengan pekerjaan, adalah sifat pribadi yang diperlukan dalam
melaksanakn pekerjaannya.
Dimensi- dimensi
pekerjaan kemudian digunakan untuk menyusun standar kinerja dan instrument
evaluasi kinerja. Dimensi- dimensi kinerja dalam standar kinerja harus sama
dengan dimensi- dimensi dalam instrument evaluasi kinerja. Instrument evaluasi
kinerja disusun untuk mengukur apakah karyawan mencapai kinerja yang ditetapkan
dalam standar kinerja atau tidak.
DAFTAR
PUSTAKA
L. Mathis, Robert, dkk, 2006. Human
Resource Management. Salemba Empat, Jakarta.
Wirawan, 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya
Manusia. Salemba Empat, Jakarta.
Yama Nasarudin, Indo, dkk, 2006. Pengantar
Bisnis dan Manajemen. UIN Jakarta Press, Jakarta.
0 comments
Hallo.. a warm greetings from me ^O^
Kindly write your thoughts in the comment box. I’ll read every comments I get from you.
Do not forget to click button ‘Notify Me’ to get notification when I replied your comments.
Let’s spread love and positivity ♡♡♡
Regard, Ika :)