PUASA DAN KESEHATAN MENTAL

05:26


Manusia diciptakan Allah dari tanah dan Ruh Ilahi. Tanah mendorongnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmani sedangkan ruh Ilahi mengantarkannya kepada hal-hal yang bersifat ruhaniah (Shihab; 1994). Dorongan kebutuhan jasmani seperti makan, minum dan kebutuhan bilogis lainnya memegang peran utama dalam kehidupan manusia, karena memiliki daya tarik yang kuat dan tak jarang pula manusia terjerumus karenanya. Seseorang yang mampu mengendalikan diri dalam kebutuhan-kebutuhan dasar itu diharapkan mampu mengontrol diri pada dorongan naluriah atau nafsu lain yang justru berada di peringkat bawah dibandingkan dengan kebutuhan faali tersebut.
Puasa merupakan salah satu latihan atau didikan bagi jiwa dan banyak mengandung terapi penyakit kejiwaan dan penyakit fisik. Puasa merupakan perisai yaitu sesuatu yang melindungi dari dari serangan syahwat. (Az-Zahrani; 2005). Puasa mampu menjaga ruh, hati dan tubuh dari segala macam penyakit. Puasa memiliki faedah dan mamfaat kedokteran dalam mengobati penyakit tubuh. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin melakukan pemerikasaan medis biasanya individu tersebut dianjurkan untuk berpuasa. Puasa juga bisa meningkatkan daya konsentrasi. Dalam pandangan agama puasa bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dalam sisi psikologis puasa berhubungan dengan kesehatan mental kita, dimana puasa merupakan salah satu terapi yang efesien dalam melepaskan diri dari perasaan bersalah dan dosa serta dari perasaan depresi atau penyakit kejiwaan lainnya.
Puasa dalam pandangan Islam
Perintah puasa bagi umat islam terdapat dalam Al-quran surah Albaqoroh ayat 183 yang artinya “ hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang –orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. Allah menyerukan kepada orang orang beriman dari umat ini dan memerintahkan mereka untuk berpuasa (Abdullah;2006). Puasa atau shiyam dalam bahasa Al-Quran berarti “menahan diri” (Shihab;1994). Puasa menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh, dengan niat yang tulus karena Allah SWT, karena puasa mengandung penyucian, pembersihan, dan penjernihan diri dari kebiasaan-kebiasaan yang jelek dan akhlak yang tercela (Abdullah;2006). Menahan diri dibutuhkan oleh setiap orang, kaya atau miskin, muda atau tua, lelaki atau perempuan, sehat atau sakit, orang modern yang hidup masa kini, maupun manusia primitive yang hidup masa lalu, bahkan perorangan atau kelompok. Selanjutnya ayat tersebut menjelaskan bahwa kewajiban yang dibebankan itu adalah, sebagaimana telah diwajibkan pula atas umat-umat terdahulu sebelum kamu.
Puasa dapat menyucikan badan dan mempersempit jalan syaitan. Dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim ditegaskan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “wahai pemuda, barang siapa diantara kalian yang sudah mampu untuk menikah maka hendaklah ia menikah. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa karena puasa merupakan penawar baginya.”(Abdullah;2006). Hal ini berarti puasa merupakan benteng pertahanan diri bagi individu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merusak, dan penyimpangan-penyimpangan prilaku serta suatu metode untuk menahan atau mengendalikan diri.
Dalam tafsir Jalalain (Az-Zahrani; 2005) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ayat Albaqarah 183 adalah “supaya kalian menghindari maksiat. Sesungguhnya puasa meredakan keinginan syahwat dari akarnya.” Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasullullah bersabda, Allah berfirman, “ Setiap amal bani adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya ia adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan balasannya. Sesungguhnya puasa adalah perisai. Apabila seorang dari kalian berpuasa, maka janganlah bersenggama dan janganlah menzalimi. Apabila seseorang hendak membunuh atau mencelanya, katakanlah,’ aku puasa’, sebanyak dua kali. Bau mulut orang yang sedang berpuasa lebih harum dari pada wangi minyak wangi. Ia meninggalkan makannya, minumnya, dan syahwatnya demi aku. Puasa untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan balasannya. Satu kebaikan balasannya sepuluh kali lipat (HR Bukhari dan Abu Dawud).
Manusia perlu mengadakan latihan-latihan untuk menghindari lepasnya kontrol dorongan naluri faali. Salah satu yang ditempuh agama untuk maksud tersebut adalah syariat puasa. Kehidupan manusia bukan hanya berhubungan dengan sesama makhluk tetapi juga pertanggungjawaban terhadap Allah.
Puasa merupakan salah satu latihan atau didikan bagi jiwa dan banyak mengandung terapi penyakit kejiwaan dan penyakit fisik. Puasa merupakan perisai yaitu sesuatu yang melindungi dari dari serangan syahwat. Puasa mampu menjaga ruh, hati dan tubuh dari segala macam penyakit. Puasa memiliki faedah dan mamfaat kedokteran dalam mengobati penyakit tubuh. Puasa juga bisa meningkatkan daya konsentrasi. Dalam pandangan agama puasa bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dalam sisi psikologis puasa berhubungan dengan kesehatan mental kita, dimana puasa merupakan salah satu terapi yang efesien dalam melepaskan diri dari perasaan bersalah dan dosa serta dari perasaan depresi atau penyakit kejiwaan lainnya.

Sekilas Tentang Puasa
Puasa dalam bahasa Arab di sebut al-shaum yang berarti menahan (imsak). Sedangkan secara terminologis, puasa adalah suatu ibadah yang diperintahkan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dengan cara mengendalikan diri dari syahwat makan, minum, dan hubungan seksual serta perbuatan-perbuatan yang merusak nilai puasa pada waktu siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari (MUI DKI Jakarta, 2006: 15).
Pendekatan yang paling dulu dikedepankan dalam memahami puasa menurut Djamaluddin Ancok (1995:20) adalah dengan menggunakan pendekatan keimanan. Dengan pendekatan ini, perilaku puasa lebih didasarkan kepada ketertundukan kepada Allah dan bukan kepada alasan-alasan lain.
Sejarah mencatat, puasa merupakan  ibadah yang telah lama berkembang dalam masyarakat manusia, yakni sejak manusia pertama Adam as. hingga umat terakhir dari segala Nabi dan rasul Muhammad saw. (Moede, 1990:14).
Puasa sangat berkaitan dengan ide latihan atau riyadlah (exercise), yaitu latihan keruhanian, sehingga semakin berat, semakin baik, dan utama, maka semakin kuat membekas pada jiwa dan raga seseorang yang melakukannya.
Kekhasan ibadah puasa adalah sifatnya yang pribadi atau personal, bahkan merupakan rahasia antara seseorang manusia dengn Tuhannya. Puasa merupakan latihan dan ujian kesadaran akan adanya Tuhan Yang Maha Hadir (ompripresent) dan yang mutlak tidak pernah lengah sedikitpun dalam pengawasan-Nya terhadap tingkah laku hamba-hamba-Nya. Kesadaran seseorang akan beradaan Tuhan itu akan menjadikan dirinya senantiasa mengontrol emosi serta perilakunya, sehinga muncul keseimbangan lahiriyah dan batiniyah.
Bila ibadah puasa ditelaah dan direnungkan akan banyak sekali ditemukan hikmah dan manfaat psikologisnya. Misalnya saja, bagi mereka yang senang berpikir mendalam dan merenungkan kehidupan ini, maka puasa mengandung falsafah hidup yang luhur dan mantap, dan bagi mereka yang senang mawas diri dan berusaha turut mengahayati perasaan orang lain, maka mereka akan menemukan  prinsip-prinsip hidup yang sangat berguna. Disadari atau tidak disadari, puasa akan berpengaruh positif kepada rasa (emosi), cipta (rasio), karsa (will), karya (performance), bahkan kepada ruh, jika syarat dan rukunnya dipenuhi dengan sabar dan ikhlas (Bastaman, 1995:181).
Puasa merupakan momentum berharga untuk menghadirkan mental yang sehat, sebab dalam puasa terkandung latihan-latihan kejiwaan yang harus dilalui, misalnya berlaku jujur dengan menahan lapar dan dahaga baik di kala bersama orang lain mapupun saat sendirian.


Kesehatan Mental
Pengetahuan tentang kesehatan mental berkembang secara luas di negara-negara maju, teratama dalam beberapa tahun terakhir ini. Di beberapa negara pembahasannya telah samapai pada tingkat mencari jalan pencegahan (preventive) agar orang tidak menderita kegelisahan dan gangguan jiwa. Meskipun sering digunakan istilah kesehatan mental, namun pengertiannya masih kabur dan kurang jelas bagi orang awam.
Daradjat (1995:11) memberi definisi kesehatan mental, antara lain:
  1. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
  2. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk mnyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.
  3. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat, dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
  4. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Sedangkan menurut Bastaman (1995: 132) mengutip pendapat Saparinah Sadli, guru besar Fakultas Psikologi UI tentang kesehatan mental, yaitu:
  1. Orientasi klasik. Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu, seperti; ketenangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau perasan tidak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan "sakit" atau "rasa tidak sehat" serta mengganggu efesiensi aktivitas sehari-hari. Orientasi ini banyak dianut di lingkungan kedokteran.
  2. Orientasi penyesuaian diri. Seseorang dianggap sehat secara psikologis, bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntunan orang lain serta lingkungan sekitarnya.
  3. Orientasi pengembangan potensi. Seseorang dianggap sehat, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain serta dirinya sendiri.
Dari pelbagai definisi di atas dapat ditarik benang merah, bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi yang dialami seseorang yang mana ia tidak mendapatkan gangguan atau penyakit jiwa, sehingga ia mampu menyesuaian diri dengan dirinya sendiri serta lingkungannya, serta mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara harmonis dan seimbang.
Adapun gangguan atau penyakit jiwa di masyarakat antara lain:
  1. Fobia, yaitu rasa takut yang tidak rasional dan tidak realistis, yang bersangkutan tahu dan sadar benar akan ketidakrasionalnya dan ketidakbenarannya, namun ia tidak mampu mencegah dan mengendalikan diri dari rasa takut itu.
  2. Obsesi, yaitu corak pikiran yang sifatnya terpaku (persistent) dan berulangkali muncul. Yang bersangkutan tahu benar akan kelaianan pikirannya itu, namun ia tidak mampu mengalihkan pikirannya pada  masalah lain dan tidak mampu mencegah munculnya pikiran itu yang selalu timbul berulang-ulang.
  3. Kompulsi, yaitu suatu pola tindakan atau perbuatan yang diuang-ulang. Yang bersangkutan tahu benar bahwa perbuatan mengulang-ulang itu tidak benar dan tidak rasional, namun yang bersangkutan tidak mampu mencegah perbuatannya sendiri (Hawari, 1995: 253).
Dalam pandangan psikologi Islam, penyakit mental yang biasa berjangkit pada diri manusia, antara lain:
  1. Riya'. Penyakit ini mengandung tipuan, sebab menyatakan sesuatu yang tidak sebenarnya, orang yang berbuat riya' mengatakan atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan hakikat yang sebenarnya.
  2. Hasad dan dengki, yaitu suatu sikap yang  melahirkan sakit hati apabila orang lain mendapat kesenangan dan kemuliaan, dan ingin agar kesenangan dan kemulian itu hilang dari orang tersebut dan beralih kepada dirinya.
  3. Rakus, yaitu keinginan yang berlebihan untuk makan.
  4. Was-was. Penyakit ini sebagai akibat dari bisikan hati, cita-cita, dan angan-angan dalam nafsunya dan kelezatan.
  5. Berbicara berlebihan. Keinginan berbicara banyak merupakan salah satu kwalitas manusia yang paling merusak. Hal ini dapat mengahantarkan kepada pembicaraan yang tidak berguna dan berbohong.
  6. Dan lain sebagainya (Langgulung, 1986: 328).

Korelasi antara Puasa dengan Kesehatan Mental
Dalam Islam pengembangan kesehatan mental terintegrasi dalam pengembangan pribadi pada umumnya, dalam artian kondisi kejiwaan yang sehat merupakan hasil sampingan (by-product) dari kondisi yang matang secara emosional, intelektual, dan sosial, serta matang keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini tampak sejalan dengan ungkapan lama the man behind the gun, yang menunjukkan bahwa unsur penentu dari segala urusan ternyata adalah unsur manusianya juga, atau dalam tulisan ini lebih tepat diganti menjadi the man behind the system.
Dengan demikian, jelas dalam Islam betapa pentingnya pengembangan pribadi untuk meraih kwalitas insan paripurna, yang otaknya sarat dengan ilmu-ilmu bermanfaat, bersemayam dalam kalbunya iman dan taqwa kepada Tuhan, sikap dan perilakunya meralisasikan nilai-nilai kiislaman  yang mantap dan teguh, wataknya terpuji, dan bimbingannya kepada masyarakat membuahkan keimanan, rasa kesatuan, kemandirian, semangat kerja tinggi, kedamaian dan kasih sayang. Insan demikian pastilah jiwanya sehat.  Suatu tipe manusia ideal dengan kwalitas yang mungkin sulit dicapai, tetapi dapat dihampiri melalui berbagai upaya yang dilakukan secara sadar, aktif, dan terencana.
Ditinjau secara ilmiyah, puasa dapat memberikan kesehatan jasmani maupun ruhani. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan para pakar. Penelitian Nicolayev, seorang guru besar yang bekerja pada lembaga psikiatri Mosow (the Moskow Psychiatric Institute), mencoba menyembuhkan gangguan kejiwaan dengan berpuasa. Dalam usahanya itu, ia menterapi pasien sakit jiwa dengan menggunakan puasa selama 30 hari. Nicolayev mengadakan penelitian eksperimen dengan membagi subjek menjadi dua kelompok sama besar, baik usia maupun berat ringannya penyakit yang diderita. Kelompok pertama diberi pengobatan dengan ramuan obat-obatan. Sedangkan kelompok kedua diperintahkan untuk berpuasa selama 30 hari. Dua kelompom tadi dipantau perkembangan  fisik dan mentalnya dengan tes-tes psikologis. Dari eksperimen tersebut diperoleh hasil yang sangat bagus, yaitu banyak pasien yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi medik, ternyata bisa disembuhkan dengan puasa. Selain itu kemungkinan pasien tidak kambuh lagi selama 6 tahun kemudian ternyata tinggi. Lebih dari separoh pasien tetap sehat.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Alan Cott terhadap pasien gangguan jiwa di rumah sakit Grace Square, New York juga menemukan hasil sejalan dengan penelitian Nicolayev. Pasien sakit jiwa ternyata bisa sembuh dengan terapi puasa.
Ditinjau dari segi penyembuhan kecemasan, dilaporkan oleh Alan Cott, bahwa penyakit seperti susah tidur, merasa rendah diri, juga dapat disembuhkan dengan puasa.
Percobaan psikologi membuktikan bahwa puasa mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang. Hal ini dikaitkan dengan prestasi belajarnya. Ternyata orang-orang yang rajin berpuasa dalam tugas-tugas kolektif memperoleh skor jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berpuasa.
Di samping hasil penelitian di atas, puasa juga memberi pengaruh yang besar bagi penderita gangguan kejiwaan, seperti insomnia, yaitu gangguan mental yang berhubungan dengan tidur. Penderita penyakit ini sukar tidur, namun dengan diberikan cara pengobatan dengan berpuasa, ternyata penyakitnya dapat dikurangi bahkan dapat sembuh.
Dari segi sosial, puasa juga memberikan sumbangan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari kendala-kendala yang timbul di dunia. Di dunia ini ada ancaman kemiskinan yang melanda dunia ketiga khususnya. Hal ini menimbulkan beban mental bagi sebagian anggota masyarakat di negara-negara yang telah menikmati kemajuan di segala bidang. Menanggapi kemiskinan di dunia ketiga, maka di Amerika muncul gerakan Hunger Project. Gerakan ini lebih bersifat sosial, yaitu setiap satu minggu sekali atau satu bulan sekali mereka tidak diperbolehkan makan. Uang yang semestinya digunakan untuk makan tersebut diambil sebagai dana untuk menolong mereka yang miskin (Ancok, 1995:57).
Apabila hal di atas dikaitkan dengan dakwah Islam, maka dengan tujuan amal ibadah, puasa yang kita lakukan mempunyai aspek sosial juga, yaitu selama satu bulan kita menyisihkan uang  yang biasa kita belanjakan pada hal-hal yang kurang bermanfaat, misalnya Rp. 2000,-/hari, maka dalam satu bulan akan terkumpul sebanyak Rp. 60.000,- untuk satu orang. Apabila seluruh umat Islam di Indonesia berpuasa, maka berapa banyak uang yang terkumpul dengan metode ini??? Dan kemudian uang tersebut digunakan untuk santunan sosial.
Ibadah puasa yang dikerjakan bukan karena iman kepada Allah biasanya menjadikan puasa itu hanya akan menyiksa diri saja. Adapun puasa yang dikerjakan sesuai ajaran Islam, akan mendatangkan keuntungan ganda, antara lain: ketenangan jiea, menghilangkan kekusutan pikiran, menghilangkan ketergantungan jasmani dan rohani terhadap kebutuhan-kebutuhan lahiriyah saja.
Menurut Hawari (1995:251), puasa sebagai pengendalian diri (self control). Pengendalian diri adalah salah satu ciri utama bagi jiwa yang sehat. Dan amnakala pengendalian diri seseorang terganggu, maka akan timbul berbagai reaksi patologik (kelainan) baik dalam alam pikiran, perasaan, dan perilaku yang bersangkutan. Reaksi patologik yang muncul tidak saja menimbulkan keluhan subyektif pada diri sendiri, tetapi juga dapat mengganggu lingkungan dan juga orang lain.
BERDASARKAN pendapat sejumlah ahli kesehatan, puasa dapat memberikan berbagai manfaat bagi yang melaksanakannya, di antaranya untuk ketenangan jiwa, mengatasi stres, meningkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara kesehatan dan kecantikan. Puasa selain bermanfaat untuk ketenangan jiwa agar terhindar dari stres, juga dapat menyehatkan badan dan dapat membantu penyembuhan bermacam penyakit.
Selain itu, puasa dapat membuat awet muda atau menunda proses ketuaan. Supaya kondisi fisik selalu sehat dan bugar, organ-organ tubuh harus mendapatkan kesempatan untuk istirahat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berpuasa.

Ini terbukti dari beberapa ahli dari negara-negara Barat dan Timur telah meneliti dan membuktikan tentang manfaat puasa.
Tiga orang ahli dari Barat yang non-Muslim telah mengemukakan pendapat mereka tentang faedah puasa.
Ketiga orang ahli tersebut adalah Allan Cott M.D., seorang ahli dari Amerika, Dr. Yuri Nikolayev Direktur bagian diet pada Rumah Sakit Jiwa Moskow, dan Alvenia M. Fulton, Direktur Lembaga Makanan Sehat "Fultonia" di Amerika.
Allan Cott, M.D., telah menghimpun hasil pengamatan dan penelitian para ilmuwan berbagai negara, lalu menghimpunnya dalam sebuah buku Why Fast yang mengalami 17 kali cetak ulang dalam tempo sewindu. Di buku itu, Allan Cott, M.D. membeberkan berbagai hikmah puasa, antara lain:
a. To feel better physically and mentally (merasa lebih baik secara fisik dan mental).
b. To look and feel younger (melihat dan merasa lebih muda).
c. To clean out the body (membersihkan badan)
d. To lower blood pressure and cholesterol levels (menurunkan tekanan darah dan kadar lemak.
e. To get more out of sex (lebih mampu mengendalikan seks).
f. To let the body health itself (membuat badan sehat dengan sendirinya).
g. To relieve tension (mengendorkan ketegangan jiwa).
h. To sharp the senses (menajamkan fungsi indrawi).
i. To gain control of oneself (memperoleh kemampuan mengendalikan diri sendiri).
j. To slow the aging process (memperlambat proses penuaan).
Sementara itu, Dr. Yuri Nikolayev menilai kemampuan untuk berpuasa yang mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi awet muda, sebagai suatu penemuan (ilmu) terbesar abad ini. Beliau mengatakan: what do you think is the most important discovery in our time? The radioactive watches? Exocet bombs? In my opinion the bigest discovery of our time is the ability to make onself younger phisically, mentally and spiritually through rational fasting. (Menurut pendapat Anda, apakah penemuan terpenting pada abad ini? Jam radioaktif? Bom exoset? Menurut pendapat saya, penemuan terbesar dalam abad ini ialah kemampuan seseorang membuat dirinya tetap awet muda secara fisik, mental, dan spiritual, melalui puasa yang rasional).
Alvenia M. Fulton, Direktur Lembaga Makanan Sehat "Fultonia" di Amerika Serikat menyatakan bahwa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah dan mempercantik wanita secara alami. Puasa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat. Puasa menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membentuk kembali keindahan tubuh (fasting is the ladies best beautifier, it brings grace charm and poice, it normalizes female functions and reshapes the body contour).
Jadi andaikan kita bisa menjalankan ibadah Puasa Ramadhan ini dengan sungguh-sungguh dan penuh ketakwaan dan ikhlas maka hikmah yang akan kita peroleh akan banyak sekali baik kita masih di dunia maupun kehidupan di Akherat kelak, berikut janji Allah bagi orang-orang yang berpuasa dengan keimanannya :
Diriwayatkan daripada Sahl bin Sa'd Radhiallahu 'anhu daripada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Maksudnya: "Sesungguhnya di dalam syurga terdapat satu pintu yang disebut Ar-Rayyan yang mana pada hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk daripadanya
(dan) tidak seorangpun selain mereka memasukinya. Dikatakan: "Dimanakah orang-orang yang berpuasa?" Maka mereka pun berdiri (untuk memasukinya), tidak ada seorangpun selain mereka yang memasukinya. Apabila mereka telah masuk maka pintu itu ditutup sehingga tidak ada seorangpun yang masuk dari padanya." (Hadith riwayat Bukhari)

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu daripada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Maksudnya: "Segala amal kebajikan anak Adam itu dilipat-gandakan pahalanya kepada sepuluh hinggalah ke 700 kali ganda. Allah berfirman: "Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku memberikan balasan (pahala) kepadanya, (kerana) dia
(orang yang berpuasa) telah meniggalkan syahwat dan makan minumnya kerana Aku." (Hadith riwayat Muslim)

Diriwayatkan daripada Abu Sa'id Al-Khudri Radhiallahu 'anhu berkata, aku mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Maksudnya: "Barangsiapa yang berpuasa sehari pada jalan Allah nescaya Allah akan menjauhkan mukanya dari api neraka (sejauh perjalanan)
70 tahun." (Hadith riwayat Bukhari)

You Might Also Like

0 comments

Hallo.. a warm greetings from me ^O^
Kindly write your thoughts in the comment box. I’ll read every comments I get from you.

Do not forget to click button ‘Notify Me’ to get notification when I replied your comments.
Let’s spread love and positivity ♡♡♡

Regard, Ika :)

Instagram

Follow G+

close
Banner iklan disini